riky hambali samosir

selamat datang di blog riky h.s

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 02 Juli 2017

Pengelolaan dan manajemen kelas


Pengelolaan dan manajemen kelas
           Riky hambali samosir
               Nim: 161301100
             Psikologi pendidikan
                           USU

(Resume 3)
Pengelolaan kelas adalah kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar yang efektif di dalam kelas. Belajar yang efektif dilihat dari 3 aspek berikut:

Aspek kognitif: ada perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu
Aspek afektif: ada perubahan dari yang tidak suka menjadi suka
Aspek psiko-motorik: ada perubahan perilaku, seperti yang tidak memiliki ketrampilan menjadi memiliki ketrampilan

Fungsi Manajemen Kelas:

Membuat kelas sebagai tempat belajar
Menciptakan proses belajar efektif di dalam kelas
Menciptakan suasana kelas yang kondusif
Berusaha agar siswa benar-benar aktif belajar
Mengupayakan suasana-suasana yang membantu proses belajar yang efektif dan efisien
Tujuan Manajemen Kelas:
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas sehingga memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin
Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar dan mengajar yang efektif
Menyediakan dan mengatur fasilitas yang mendukung siswa agar bisa belajar efektif
Membina dan membimbing sesuai latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan budaya

Kunci dalam Manajemen Kelas:
Menyampaikan aturan dan prosedur yang digunakan guru dan mengajak siswa untuk bekerjasama agar mematuhinya
Mengajak siswa terlibat lebih aktif dalam proses belajar dan mengajar di kelas

Dampak Manajemen Kelas kepada Siswa:
Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung jawab dan sadar akan pengontrolan atau regulasi dirinya
Membantu siswa menampilkan tingkah laku sesuai tata tertib kelas dan merasakan teguran guru sebagai sebuah peringatan bukan suatu kemarahan
Menimbulkan rasa kewajiban melibatkan diri dalam tugas dan aktivitas kelas

Dampak Manajemen Kelas kepada Guru:
Mengembangkan pengertian dan ketrampilan dalam penyajian pembelajaran
Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa

Strategi dalam Manajemen Kelas:
Mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal
Menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran
Membangun dan menegakkan aturan
Mengajak murid untuk bekerja sama
Mengatasi masalah secara efektif
Menggunakan strategi komunikasi
Penataan Kelas

Prinsip Penataan Kelas:
Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang
Pastikan bahwa guru dapat dengan mudah melihat semua murid
Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses
Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas
Gaya Penataan Kelas:
Gaya auditorium: Gaya susunan kelas di mana semua murid duduk menghadap guru
Gaya tatap muka: Gaya susunan kelas di mana murid saling menghadap
Gaya off-set: Gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung sama lain
Gaya seminar: Gaya susunan kelas di mana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U
Gaya klaster: Gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil
Strategi untuk Menjadi Komunikator yang Baik:
Menggunakan tata bahasa dengan benar
Memilih kosakata yang mudah dipahami dan sesuai dengan level murid
Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid dalam memahami perkataan kita
Berbicara dengan tempo yang tepat
Tidak menyampaikan hal-hal yang kabur
Menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar berbicara secara jelas di kelas
Cara Menangani Konflik:
Gaya agresif : Salah satu gaya dalam menangani konflik di mana orang cenderung “galak” kepada orang lain dan bersikap menuntut, kasar, dan bermusuhan
Gaya manipulatif : Salah satu gaya dalam menangani konflik di mana orang berusaha untuk mendapatkan keinginannya dengan cara membuat orang lain merasa bersalah atau kasihan kepadanya
Gaya pasif : Salah satu gaya dalam menangani konflik di mana orang bersikap non-asertif dan pasrah dan tidak mau memberi tahu orang lain tentang apa yang mereka inginkan
Gaya asertif : Salah satu cara menangani konflik di mana orang mengekspresikan perasaan mereka, meminta apa yang mereka inginkan, mengatakan tidak pada apa-apa yang tidak mereka inginkan, dan bertindak demi kepentingan terbaik mereka.
Dari empat gaya dalam menghadapi konflik, bersikap asertif adalah pilihan yang terbaik.

 Aplikasi manajemen kelas berbeda di setiap tingkatan pendidikan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi serta situasi yang ada.

MENGAPA KELAS PERLU DIKELOLA SECARA EFEKTIF
Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid. Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif, pemikiran, dan konstruksi pengetahuan sosial. Secara historis, dalam manajemen kelas, guru dianggap sebagai pengatur.

Isu Manajemen di Kelas Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pada semua level pendidikan, manajer kelas yang baik mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi problem secara efektif, dan menggunakan strategi komunikasi yang baik. Baik di level sekolah dasar maupun menengah, kelas bisa jadi padat, kompleks, dan kacau.

Kelas Padat, Kompleks, dan Berpotensi Kacau
Kelas yang ramai dan kompleks dapat menimbulkan kekacauan dan masalah jika kelas tidak dikelola dengan efektif. Dalam menganilisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan 6 karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya:

Kelas adalah multidimensional. Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis, dan matematika, sampai aktivitas sosial, seperti bermain, berkomunikasi dengan teman, dan berdebat. Guru harus mencatat jadwal dan membuat murid menuruti dengan jadwal.
Aktivitas terjadi secara simultan. Satu klaster murid mungkin ada yang mengerjakan tugas menulis, mendiskusikan suatu cerita bersama guru, mengerjakan tugas yang lain, dan mungkin akan berbicara tentang apa yang akan mereka lakukan setelah kelas dan seterusnya.

Hal-hal terjadi secara cepat. Misalnya, dua murid berdebat tentang kepemilikan sebuah buku catatan; seorang murid mengeluh bahwa murid lain menyontek jawabannya, ada murid yang mendahului giliran, dan lain-lain.
Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi. Meskipun membuat rencana dengan hati-hati dan rapi, kemungkinan besar akan muncul kejadian di luar rencana: alarm kebakaran berbunyi, seorang murid sakit, komputer rusak, dan sebagainya.

Hanya ada sedikit privasi. Kelas adalah tempat publik dimana murid melihat bagaimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian tak terduga, dan mengalami frustasi. Apa-apa yang terjadi dalam diri satu murid dilihat oleh murid lain, dan murid lain itu membuat atribusi tentang apa yang terjadi.

Kelas punya sejarah. Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu. Masa lalu memengaruhi masa depan, karena itu penting baru untuk mengelola kelas dengan cara yang mendukung ketimbang melemahkan pembelajaran esok hari.

Memulai dengan Benar
Salah satu kunci untuk mengelola kompleksitas adalah mengelola hari-hari pertama dan minggu-minggu awal masa sekolah secara cermat dan hati-hati. Dengan membangum ekspektasi, aturan, dan aktivitas rutin di minggu-minggu awal akan membantu memperlancar kegiatan kelas dan memudahkan pengembangan lingkunagn kelas yang positif.

Penekanan pada Intruksi dan Suasana Kelas yang Positif
Dalam sebuah studi klasik, Jacob Kounin (1970) tertarik untuk menemukan bagaimana guru merespon perilaku murid  yang menyimpang. Manajer yang efektif jauh lebih baik ketimbang manajer yang tidak efektif dalam manajemen aktivitas kelompok.
Murid harus belajar secara aktif dan sibuk mengerjakan tugas yang membuat mereka termotivasi, bukan sekadar duduk diam mendengarkan. Sering kali mereka berinteraksi dengan murid lain dan dengan guru saat mereka mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman mereka.

Tujuan dan Strategi Manajemen

Membantu Murid Menghabiskan Lebih Banyak Waktu untuk Belajar dan Mengurangi Waktu Aktivitas yang Tidak Diorientasikan pada Tujuan. Manajemen kelas yang efektif akan membantu memaksimalkan waktu pengajaran dan waktu belajar murid. 
Mencegah Murid Mengalami Problem Akademik dan Emosional. Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat murid sibuk dengan tugas yang menantang. Kelas yang dikelola dengan baik akan memberikan aktivitas dimana murid menjadi terserap ke dalamnya dan termotivasi untuk belajar dan memahami aturan dan regulasi yang harus dipatuhi.

       Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

          Pendidikan Anak Berkebutuhan    Khusus

    Riky hambali samosir
           Nim: 161301100
       Psikologi pendidikan
                   USU

(Resume 2)
Siapakah Anak yang Menderita Ketidakmampuan itu?
 Istilah disability  (ketidakmampuan) dan handicap (cacat) dulu - dulunya merupakan istilah yang dipakai secara bersama, namun saat ini itu dianggap berbeda. Disability adalah keterbatasan (ketidakmampuan) personal yang membatasi pelaksanaan fungsi seseorang. Sedangkan handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada orang yang menderita ketidakmampuan. Biasanya disebut sebagai anak berkebutuhan khusus atau pelajar yang tidak biasa.
Beberapa jenis ketidakmampuan dan gangguan (disorder) sbb:

1.      Gangguan Indra
Gangguan penglihatan

Beberapa murid mungkin memiliki problem visual yang menuntutnya untuk menggunakan kacamata. Tetapi ada segelintir murid yang menderita gangguan visual serius dan dikategorikan rusak penglihatannya. Ini disebut dengan low vision dan murid buta.
Anak low vision hanya dapat melihat huruf – huruf yang besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Untuk anak yang " buta sacara edukasional" (educationally blind)   tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar. Untuk pendengaran, mereka menggunakan buku rekaman (recorder textbook) dan untuk penglihatannya, digunakan huruf Braille. Namun, salah satu persoalan dalam pendidikan murid yang buta adalah rendahnya penggunaan Braille dan sedikitnya guru yang menguasai Braille dengan baik.

Gangguan pendengaran .

Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari 2 kategori : pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca) dan sebagainya. Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling).

2.      Gangguan Fisik
Gangguan ortopedik

Biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Salah satu contoh gangguan ortopedik adalah cerebral palsy. Cerebral palsy adalah gangguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking) atau bicaranya tidak jelas.

Gangguan kejang-kejang

Salah satu jenis gangguan kejang-kejang yang paling kerap dijumpai adalah epilepsi. Epilepsi, yaitu gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.

3.      Retardasi Mental

Retardasi mental, yaitu kondisi sebelum 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.

Klasifikasi dan tipe retardasi mental
 Retardasi mental dikelompokkan menjadi retardasi ringan, sedang, berat dan parah. Anak dengan retardasi berat kemungkinan besar juga menunjukkan tanda-tanda keadaan neurologis, seperti cerebral palsy, epilepsi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau cacat bawaan metabolis lainnya yang memengaruhi sistem saraf pusat.

Penyebab

Retardasi mental disebabkan oleh faktor genetik dan kerusakan otak.
Faktor Genetik :
Down syndrome >> bentuk retardasi mental yang ditransmisikan secara genetik sebagai akibat adanya kromosom ekstra
Fragile x syndrome >> bentuk retardasi mental yang ditransmisikan secara genetik sebagai akibat dari kromosom x yang tidak normal.

Kerusakan Otak :
Fetal alcohol syndrome >> serangkaian ketidaknormalan, termasuk retardasi mental dan ketidaknormalan wajah, yang menimpa anak dari ibu yang suka minum minuman beralkohol selama kehamilan.

4.      Gangguan Bicara dan Bahasa

Gangguan bicara dan bahasa adalah sejumlah masalah problem bicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara dan gangguan kefasihan) dan problem bahasa (kesulitan untuk menerima informasi dan bahasa bekspresif).
Gangguan artikulasi >> problem dalam melafalkan suara secara benar.
Gangguan suara >> gangguan dalam menghasilkan ucapan, yakni ucapan yang keras, kencang, terlalu keras, terlalu tinggi, atau terlalu rendah nadanya.
Gangguan kefasihan >> gangguan yang biasanya disebut “gagap”
Gangguan bahasa >> kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak.
Bahasa reseptif >> resepsi dan pemahaman bahasa.
Bahasa ekspresif >> kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pemikiran dan berkomunikasi dengan orang lain.

5.      Gangguan Belajar

Learning disability, yaitu ketidakmampuan dimana anak : (1) punya inteligensi normal atau diatas rata-rata, (2) kesulitan setidaknya dalam satu atau lebih mata pelajaran dan (3) tidak punya problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan.
Salah satu gangguan belajar adalah dyslexia. Dyslexia berarti kerusakan berat dalam kemampuan membaca dan mengeja. Banyak strategi intervensi yang difokuskan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak.

6.      Attention Deficit Hyperactive Disorder

Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) adalah ketidakmampuan dimana anak secara konsisten menunjukkan satu atau lebih ciri-ciri berikut ini : (1) kurang perhatian ; (2) hiperaktif dan ; (3) impulsif.

7.      Gangguan Perilaku dan Emosional

Problem serius dan terus menerus yang berkaitan dengan hubungan , agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosio-emosional.

Anak berbakat (gifted)

Kriteria anak berbakat ini sangat berbeda dengan anak berkebutuhan khusus yang telah dibahas sebelumnya. Anak - anak berbakat (gifted) memiliki kecerdasan diatas rata-rata (biasanya memiliki IQ diatas 130) dan bahkan memiliki bakat yang unggul di beberapa bidang, seperti seni musik, seni lukis, matematika atau bidang lainnya.

Bimbingan dan Konseling psikologi pendidikan

Bimbingan dan Konseling

           Psikologi Pendidikan
           Riky hambali samosir
              Nim : 161301100
                 Psikologi usu

(Resume 1)
Zaman yang semakin canggih karena perkembangan teknologi memiliki dampak yang besar bagi setiap umat manusia. Peluang-peluang untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik dan situasi yang kompetitif berada di depan mata kita. Pendidikan yang bermutu merupakan salah satu unci untuk menghadapi perkembangan zaman ini. Transformasi IPTEK, profesionalisme tenaga kependidikan, serta pengembangan kemampuan peserta didik berupa sosial, akademis, dan moral. Bimbingan konseling juga berperan serta dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu. Bimbingan konseling mengatasi masalah, mencegah masalah, dan mengembangkan kepribadian setiap peserta didik. 

Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan: suatu upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang belum memiliki masalah agar mampu mencapai perkembangan yang optimal dan sesuai dengan potensi. 

Konseling: layanan utama bimbingan dalam membantu peserta didik yang memiliki masalah agar mampu mengembangkan diri dan mengatasi masalah. Konseling dapat dilakukan melalui tatap muka dan melalui media, konseling juga dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok. 

Fungsi Bimbingan dan Konseling 

Fungsi Pemahaman 
Fungsi bimbingan dan konseling membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). 

Fungsi Preventif 
Fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. 

Fungsi Pengembangan
Fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta didik. 

Fungsi Penyembuhan 
Fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. 

Fungsi Penyaluran 
Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. 

Fungsi Adaptasi 
Fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah, staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseling. 

Fungsi Penyesuaian 
Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. 

Fungsi Perbaikan 
Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). 

Fungsi Fasilitasi 
Fungsi untuk memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri peserta didik. 

Fungsi Pemeliharaan 
Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. 

Tujuan Bimbingan dan Konseling 
Merencanakan kehidupan studi dan karir peserta didik dalam kehidupan yang akan datang
Mengembangkan seluruh potensi peserta didik seoptimal mungkin 
Menyesuaikan diri peserta didik dengan lingkungan 
Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi peserta didik 

Ragam Bimbingan Menurut Masalah 
Bimbingan Akademik 
Bimbingan yang diarahkan untuk membantu peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan masalah akademik. 

Bimbingan Sosial Pribadi 
Bimbingan yang membantu peserta didik dalam memecahkan masalah sosial pribadinya. 

Bimbingan Karir 
Bimbingan yang membantu peserta didik dalam perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah karir. 

Prinsip Bimbingan 
Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu baik yang memiliki masalah maupun yang tidak memiliki masalah 

Memandang bahwa setiap individu itu unik 

Menekankan hal yang positif pada diri sendiri dan orang lain 

Usaha bersama dari guru dan staff pendidik yang lain di sekolah 

Pengambilan keputusan adalah hal yang esensial dalam bimbingan 
Berlangsung dalam berbagai situasi kehidupan 

Jenis Layanan Bimbingan 
Pelayanan pengumpulan data 
Penyajian informasi 

Layanan konseling 
Penempatan dan tindak lanjut 
Konsultasi 

Penilaian dan penelitian 
Asas Bimbingan dan Konseling 
Asas Kerahasiaan (confidential) 
asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. 

Asas Kesukarelaan 
asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu. 

Asas Keterbukaan 
asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. 

Asas Kegiatan 
asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. 

Asas Kemandirian 
asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. 

Asas Kedinamisan 
asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. 

Asas Keterpaduan 
asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. 

Asas Kenormatifan 
asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.

Asas Keahlian 
asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. 
Asas Alih Tangan Kasus 
asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. 

Asas Tut Wuri Handayani 
asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.